Berikut pengalaman astral dari salah satu peserta JA dengan nama samaran “Kalaras”
Seperti diceritakan pada jurnalastral.com | @Arzentrha
Kisah ini diawali dengan cerita tentang suatu bangsa besar yang pernah ada di muka bumi ini, bangsa yang menjadi leluhur kita semua, yaitu bangsa Mu.
Pada 50.000 tahun yang lalu, Mu sudah mempunyai peradaban maju, yang sudah bisa memadukan tingkat spiritual tinggi dengan teknologinya yang super modern. Kehidupan masyarakatnya pun sudah gemah ripah loh jinawi.
Kendati demikian, bangsa Mu adalah bangsa yang tetap membumi, cinta damai, dan menjunjung tinggi moral.
Penting untuk diketahui, bangsa Mu ini sangat peduli akan alam dan percaya terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Bangsa Mu tinggal di sebuah benua, yang keadaan alamnya sangat indah, dengan hamparan luas padang rumput dan hutan yang masih asri, yang penuh dengan pepohonan raksasa.
Siang hari di negeri Mu, terihat cerah, langitnya biru merona, samar-samar diterpa awan, terang, tapi tidak terasa terik sedikit pun. Udaranya sangat dingin, sejuk, segar, dan bersih. Terkadang, sering tercium aroma wangi bunga ketika angin datang bertiup. Sedang, airnya pun sangat bening kebiru-biruan.
Tak heran, daratan-Mu merupakan tempat terindah. Bahkan, disebut-sebut sebagai surga di muka bumi pada masa itu
Namun, pada 40.000 SM, bangsa Mu harus pergi meninggalkan daratan Mu yang mereka cintai, harus hijrah ke tempat baru nun jauh di sana, pindah ke planet lain, di galaksi yang berbeda demi menghindari konflik dengan Atlantis.
Selepas Mu pergi, ternyata benar, tanah Mu diambil-alih oleh Atlantis yang dipimpin oleh Bhallamin sebagai Rajanya.
Bhallamin memang sudah lama mengincar ingin mengekspansi Tanah Mu.
Sepeninggal Mu, Atlantis berkuasa, mereka merusak sedikit demi sedikit alam di benua Mu. Tetapi, bukan hanya daratan Mu saja yang mereka rusak, hampir seluruh daerah yang ada di muka bumi, tidak lepas dari sifat merusak Atlantis.
Atlantis bukan tak punya lawan. Sebetulnya, mereka juga mendapat perlawanan-perlawanan keras dari berbagai bangsa, seperti dari Bangsa Rama dan Athena yang dipimpin oleh Hercules.
Bangsa Rama sejak awal memang diperbudak oleh Atlantis. Bangsa ini menjadi bangsa yang paling dijajah Atlantis.
Laki-lakinya menjadi prajurit/pion terdepan Atlantis ketika di pertempuran. Sedang kaum perempuannya sering mendapatkan gangguan, bahkan pelecehan.
Melihat itu, pemimpin bangsa Mu mengutus beberapa orang dari planet lemurian sebagai juru selamat untuk kembali turun ke bumi. Mereka ditugaskan untuk memelihara dan menjaga alam dari teror Atlantis-nya Bhallamin.
Lebih spesifik, tugasnya mereka adalah menjaga dan mengurusi semua kaki-kaki benua yang ada di bumi, membebaskan bangsa Rhama dari perbudakan Atlantis, seraya mengajak semua orang-orang Atlantis, terutama yang telah dirasuki Bhallamin agar kembali ke jalan kebenaran.
Bangsa Mu yang dikirim kembali ke bumi ini terdiri dari beberapa orang pilihan yang membentuk tim solid yang disebut Ziusudra
Sesampainya di Bumi, para Ziusudra menyebar dan mendiami daerah-daerah yang ada kaki benua, yang kebanyakan ada di Gunung dan di laut. Meski nyawa taruhan dan rasa kesepian yang selalu datang menghinggapi, loyalitas dan jiwa satria para Ziusudra dalam melindungi dorphal-dorphal patut diacungi jempol.
Kemampuan setiap Ziusudra dalam menjaga dorphal dari gangguan-gangguan dan serangan-serangan Atlantis tak perlu diragukan lagi. Meski ada 10 orang Atlantis jahat datang menyerbu dan hendak mengacak-acak.
Ziusudra yang tingkat penguasaan energinya sudah mencapai 40 persen, sering kali berhasil mengatasi gangguan orang-orang Atlantis jahat itu, dengan tangan kosong seorang sendiri. Hanya satu kibasan saja, 10 orang Atlantis bisa terpental jauh dan lari tunggang-langgang ketakutan.
Memang suasana sudah berubah, walau Ziusudra berada di tanah leluhur dan di bumi pertiwinya sendiri. Tapi, mereka ibarat tamu atau bagaikan pendatang yang terisolasi.
Ziusudra kerap diganggu oleh para Atlantis. Namun, lebih banyak mengalah, dan tak mau menghiraukan sedikit pun gangguan-gangguan dari Atlantis. Ziusudra lebih memilih diam, menjauhi konflik, dan pergi ke hutan-hutan dan gunung-gunung sambil memegang kuat kebenaran sejati yang ada di hatinya.
Mereka tetap fokus menjaga tugas dan amanah untuk menjaga dorphal-dorphal dengan baik. Bahkan, Ziusudra teramat jarang turun ke pusat kota yang telah dikuasai Atlantis.
Saat masa kekuasaan Atlantis, kehidupan masyarakat di pusat kota makin tidak teratur, mulai banyak hubungan sesama jenis, pesta pora, perzinahan, pemerasan kepada rakyat bawah.
Sementara Ziusudra, sehari-harinya, mereka lebih banyak bertugas di alam, dan lebih memilih hidup menyepi, bertapa mencari hening, dan menjauhi hiruk-pikuk perkotaan yang saat itu sudah dikuasai oleh sistem Atlantis.
Bersambung kebagian kedua :
The Last Warrior, Part 2