,

Cara “Anti-Mainstream” Untuk Menjaga Alam

“Menjaga Alam”

Dua buah kata ini tentunya sering kita dengar terutama saat ini dimana kita mendengar (atau mengalami) sendiri “bencana” terkait alam, baik banjir, gempa, longsor, dll.

Jika kita berefleksi kembali saat sekolah dasar, tentunya kita penah bertemu dengan pertanyaan :

“Bagaimana cara kita mencegah atau meminimalisasi dampak banjir ?”

Saat itu, jawaban kita mungkin salah satu diantara ini :

  1. Stop buang sampah sembarangan, terapkan Reduce – Reuse – Recycle
  2. Reboisasi, menanam pohon sebagai penahan air hujan,
  3. Pola tanam menggunakan terasering [1],
  4. Pemanfaatan biopori dan kolam infiltrasi di lokasi yang memungkinkan [1] , memaksimalkan penyerapan air karena air itu sunnatullahnya diresapkan bukan dialirkan ( referensi : Bapak Anies Baswedan )
  5. Penanaman pohon bambu di area resapan dan area dengan kemiringan 70 – 80 derajat [1] [2],
  6. Pengerukan dan pembersihan sungai dan aliran air secara berkala,
  7. Normalisasi daerah aliran sungai (DAS) di area yang memungkinkan, atau pembuatan turap di area padat penduduk,
  8. Stop penebangan (dan pembakaran) hutan,
  9. Pembuatan situ / danau / kolam retensi,
  10. Pemanfaatan teknologi rekayasa alam (hujan buatan) untuk mendistribusikan curah hujan secara merata,
  11. Penggunaan teknologi aspal yang dapat menyerap air (permeable),
  12. Memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH) di area perkotaan,
  13. Pembangunan giant sea wall untuk mengurangi dampak banjir rob (banjir pasang – surut),
  14. Persiapan mitigasi bencana,
  15. Perencanaan pembangunan dengan tidak membangun fasilitas/pemukiman di area rawan banjir,
  16. Pemanfaatan teknologi infrastruktur untuk beradaptasi di area rawan banjir [1] ,

Intinya kita sudah sangat paham apa yang perlu dilakukan, hanya orang yang pikirannya super nyeleneh saja yang tidak setuju dengan membuang sampah harus pada tempatnya, atau tidak setuju dengan konsep bahwa kita perlu menamam pohon.

  • Namun bukankah banjir tetap terjadi ?
  • Bukankah semua sudah tahu apa yang perlu dilakukan ? kenapa alam masih “protes” ?

Jawabannya pun kita sudah paham, karena pengetahuan hanya akan berdampak jika diaplikasikan sehingga terbentuk pemahaman. Mengetahui bahwa menanam pohon penting perlu dibarengi dengan aksi menanam pohon.

Kembali kepada dua kata “Menjaga Alam”.

Pertanyaan pentingnya bukan lagi “bagaimana kita menjaga alam”, karena hampir semua sudah tahu “bagaimana”. Yang lebih tepat adalah bukan lagi mengajukan pertanyaan, namun masuk ke ranah aksi tindakan nyata :

  1. Saya akan menanam 10 pohon minggu ini.
  2. Bulan ini saya akan menanam pohon jenis mahoni sebanyak 15 pohon di lokasi x.
  3. Dalam dua minggu saya akan menggalang dana untuk penanaman 500 pohon konifer di lahan desa x
  4. Saya membentuk gerakan tanam pohon 1 day 1 tree difokuskan untuk penanaman pohon bakau di muara sungai x dengan memaksimalkan jejaring jurnalastral.

Jadi mari, yuk, hayu, let’s go :  langkah menjaga alam yang mana yang akan kita lakukan hari ini ?
YES TODAY ! Karena menjaga alam adalah tugas manusia, menjaga alam adalah menjalankan kewajiban kita pada ruang tempat kita menumpang hidup.

Setidaknya ada satu hal yang bisa kita lakukan setiap hari yaitu mengingatkan dan mengedukasi lingkar terdekat melalui contoh dan teladan baik secara langsung maupun melalui media sosial. Jika menanam satu pohon satu hari “terasa masih syuliit” tentu satu status whatsapp, satu status facebook atau instagram jauh lebih mudah. Satu foto sederhana menyiram tanaman, memilah sampah, atau kegiatan sederhana yang nyata dilakukan (bukan pencitraan) akan membawa pesan yang kuat untuk menggugah kesadaran kolektif.

Masih ada satu hal lagi yang bisa dilakukan setiap hari, tepat manfaat, tanpa ribet, dan sangat diperlukan karena belum banyak orang yang tahu yaitu : ikhtiar di ranah frekuensi dan vibrasi.

Tim Pemurni Jurnal Astral menginisiasi grup untuk edukasi, berbagi informasi, dan melakukan pelayanan pemeliharaan rutin pada alam melalui penyaluran program energi. Dari bentuk paling sederhana dengan ‘mengirimkan Al Fatihah’ rutin setiap hari. Mari bangun pemahaman dan aktifkan fasilitas yang sudah ada di tubuh kita agar menjadi manusia yang menjalankan fungsi sebagai pemelihara alam.

Perlahan dan bertahap kita akan meniti jalan menuju pribadi yang mampu mendengar keluhan alam dan menjalankan tugasnya sebagai penyeimbang.

Tertarik ?

Kami menyambut kehadiranmu di >>